TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG INI

Sabtu, 17 Desember 2022

Cerita Pendek Karya Siswa SMPN 2 Ambunten


Harga sebuah Disiplin

Oleh : Maulidina
Siswi SMPN 2 Ambunten

 

Roni seorang siswa di salah satu sekolah menengah pertama swasta. Roni sebenarnya termasuk siswa yang pintar di sekolahnya. Namun dia terbilang kurang disiplin dalam mengatur waktunya. Dia sering terlambat datang ke sekolahnya. Di rumahnya ia sulit bisa bangun pagi jika tidak dibangunkan oleh ibunya. Selain itu, dia kerap kali menyepelekan tugas yang dipercayakan kepadanya.

Suatu hari, Roni ditugaskan untuk mengikuti lomba antarsekolah di luar kota. Dia berangkat bersama teman peserta lomba yang lain. Di sana ia tetap tidak bisa menghilangkan kebiasaan yang kurang baik itu. Dia sulit sekali bangun pagi sendiri. Hal inilah yang menyebabkan bukan hanya dia telat dalam registrasi peserta lomba. Namun dia juga kehilangan kesempatan untuk mengikuti lomba yang sudah dipercayakan oleh pihak sekolah terhadapnya.

Itok akhirnya berangkat sendiri setelah tidak berhasil membangunkan Roni. Dia juga hampir terlambat registrasi, karena panitia sudah siap mulai pukul 06.30. Itok merasa kasihan kepada temannya, Roni. Dia telah kehilangan kesempatan untuk mengikuti lomba yang mestinya Roni mampu bersaing dengan peserta lain.

(Untuk melanjutkan membaca, klik di bawah ini !)


Setelah lomba selesai Itok kembali ke kamar tempat Itok dan Roni menginap. Dilihatnya Roni sudah bangun dari tidurnya. Roni langsung kaget melihat Itok sudah datang dari tempat lomba.

 “Aku kok tidak dibangunin!” kata Roni setengah menyalahkan  Itok, temannya.

 “Aku sudah berusaha membangunkanmu, tapi kamu tidur seperti orang mati, sampe dipukul-pukul sama aku tapi tidak merespon sedikitpun,” jawab Itok setengah jengkel.

“Sebenarnya kan bisa ambilin air, langsung siramin ke mukaku,” kata Roni.
            “Wah aku gak tau, daripada aku juga terlambat, tak biarin kamu ngorok di tempat tidurmu,” kata Itok lagi-lagi dengan nada jengkel.

“Gimana kata Pak Romali besok,” kata Roni menyesali kejadian itu.

“Terserah, urusan Lo, pokoknya aku udah berusaha,” jawab Itok

 

********

 

Keesokan harinya saatnya dia akan kembali ke rumahnya. Temannya, Itok sudah selesai menunggu pengumuman lomba tersebut. Roni dan Itok tinggal berberes-beres untuk pulang ke kampungnya. Namun Roni sangat menyesali dirinya karena tidak mengikuti ajang bergengsi itu.

Kabar tentang Roni yang tidak ikut lomba karena ketiduran sudah diterima oleh guru binanya, Pak Romali. Roni sepertinya tidak bergairah mau pulang ke kampungnya. Dia merasa pasti disalahkan dengan gurunya. Dia diberi kepercayaan oleh sekolah, diberi uang ongkos, dan uang jajan untuk mengikuti lomba, namun tidak jadi ikut.

 

********

 

Pagi itu dia sepertinya kurang bersemangat mau masuk sekolah. Dia masih membayangkan bahwa dia pasti dipanggil oleh kesiswaan. Kabar ketidakikutannya dalam lomba memang tidak diceritakan kepada ibu dan ayahnya.

“Kenapa kamu kok sepertinya tidak bersemangat masuk ke sekolah,” tanya ibunya.

“Ya, Bu aku masih capek, kan habis perjalanan kemarin,” aku Roni.

“Apa karena tidak menang dalam lombanya kemarin?” tanya ibunya.

“Bukan itu Bu masalahnya,” jawab Roni masih menyembunyikan rahasianya.

“Ya sudah sana berangkat, hari sudah siang, kamu telat nanti,” suruh ibunya.

            Sampai di sekolah keadaan sudah sepi. Jam masuk sekolah sudah bebrbunyi setengah jam yang lalu. Saat masuk pintu pagar sekolah Roni langsung berhubungan dengan Tim Penegak Disiplin Sekolah karena dia terlambat. Sesaat kemuadian ada panggilan dari pengeras suara bahwa Roni harus menghadap kesiswaan.

“Apa yang kamu lakukan Roni kenapa kamu tidak menghadiri lomba itu?” tanya Pak Sastro bagian kesiswaan.

“Saya tidak bisa bangun pagi jika tidak dibangunkan ibu saya, Pak,” Tutur Roni jujur.

“Lalu, kamu di sana tertidur?” tanya Pak Sastro heran.

“Bukan tertidur, Pak, tapi saya tidak bangun saat itu,” jawab Roni.

“Ya, sama itu namanya,” kata Pak Sastro setengah jengkel.

“Maafin saya Pak,” kata Roni dengan muka menunduk malu.

“Saya kecewa kamu menyepelekan lomba yang begitu penting pada sekolah ini. Dan juga kamu telah merusak kepercayaan saya,” kata Pak Sastro.

 “Kesalahanmu fatal. Namun karena semua prestasi yang pernah kamu raih dan atas prestasi itu kamu telah banyak memberikan citra baik pada sekolah ini, saya tidak akan menghukum kamu atas kesalahanmu ini. Tapi maaf dalam jangka satu bulan kamu harus datang ke sekolah lebih awal dari siswa yang lainnya,” tegas kesiswaan terhadap Roni.

 “Baik,  Pak,” balas Roni membantah pun percuma ini salahnya.

 

******

 

Dari pengalaman kejadian ini, Roni bertekad untuk bisa hidup lebih disiplin lagi dari sebelumnya. Dia berjanji pada dirinya untuk menghilangkan rasa malas yang menjadi kebiasaan jeleknya.

Keesokan harinya Roni berusaha bangun lebih pagi. Dia bergegas pergi ke kamar mandi, salat, lalu bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Dia tidak ingin mengulang kebiasaan malasnya yang lama dia lakukan.

Setelah sampai di sekolah dia langsung menemui Pak Sastro yang sudah ada di ruangannya.

"Assalamualaikum selamat pagi, Pak," sapa Roni terhadap Pak Sastro.

"Waalaikumslam pagi Roni, ada apa pagi sekali kamu hari ini, apa ada yang bisa saya bantu?" jawab Pak Sastro.

Pak Sastro kaget atas kedatangan Roni ke sekolah yang sangat pagi, tidak seperti biasanya.

"Tidak ada Pak, saya cuma ngejalanin apa yang Bapak perintahkan terhadap saya, yaitu dalam jangka satu bulan saya harus datang ke sekolah lebih pagi dari siswa yang lain," jawab Roni polos.

"Roni, apakah perubahan kamu saat ini hanya karena takut terhadap saya?" tanya Pak Sastro.

"Tidak Pak, perubahan saya saat ini, benar murni dari keinginan saya sendiri.  Terus terang saya ingin berubah menjadi pribadi yang lebih disiplin daripada sebelumnya, terutama dalam menjaga waktu, Pak," janji Roni tpada Pak Sastro.

"Baguslah, saya kangum sama kamu Roni. Kamu mau mengakui dan menyadari kesalahanmu, bahkan kamu mau berubah,"  puji Pak Sastro.

"Terima kasih, Pak," jawab Roni senang atas pujian Pak Sastro.

"Sama-sama Roni, " kata Pak Sastro.

"Ya, udah Pak saya pamit masuk kelas,” pamit Roni.

"Iya Roni, silakan!” jawab Pak Sastro.

Mulai saat itulah perubahan Roni dimulai. Dia berusaha dan berjanji akan membuang jauh-jauh kebiasaan malasnya. Dia tidak ingin kejadian konyol memalukan dan mengecewakan itu terulang kembali. Dia ingin menjadi anak yang rajin belajar, rajin bersekolah, dan taat beribadah.

 

 Profil Penulis

 



MAULIDINA NUR AISYAH, biasa dipanggil Maulidina. Dia lahir dan dibesarkan di sebuah desa yang jauh dari kota tepatnya Desa Tambaagung Timur, Kecamatan Ambunten, Kabupaten Sumenep. Sejak SD, dia sudah memiliki hobi membaca dan menulis. Beberapa tulisannya berupa catatan harian masih tersimpan di dalam catatan diarinya, bahkan masih berlanjut hingga yang saat ini.

         Kali ini dia bergabung dalam komunitas DUNIA LITERASI di sekolahnya yakni di SMP Negeri 2 Ambunten. Menurutnya dia baru mencoba menulis cerpen setelah mendapat bimbingan dari guru dan kepala sekolahnya tentang bagaimana cara menulis cerpen.

          Berkat dorongan tersebut dia memberanikan diri mengirimkan naskah cerpennya dalam sebuah Program Nulis Bareng (Nubar) Antologi Cerpen Bersama karya siswa-siswi SMP/M.Ts se-Kabupaten Sumenep. Cerpen karyanya ini mungkin masih yang pertama selama kegiatan menulisnya.

         Untuk mengenal tentang diri penulis bisa dilihat melalui media sosial miliknya:

Instagram  : Maulidina

Email        : Siregarnhaa@gmail.com

No. WA    : 081803002681

 

2 komentar:

  1. Cerita di atas cukup mengispirasi, ayo menulis terus ....!

    BalasHapus
  2. Ayo tulis komentar di sini sebagai bukti Anda membuka web sekolah dan telah membacanya !

    BalasHapus

TASYAKURAN PELEPASAN KELAS IX SMP NEGERI 2 AMBUNTEN

  TASYAKURAN PELEPASAN KELAS IX SMP NEGERI 2 AMBUNTEN KABUPATEN SUMENEP - PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN PELAJARAN 2023-2024