Sahabat
Sejati
Oleh : Alisa Jauhari
(Siswa SMP Negeri 2 Ambunten)
Amel seorang siswa di salah satu sekolah menengah atas. Dia mempunyai seorang sahabat yang bernama Nadia. Mereka selalu berangkat ke sekolah bersama. Amel juga mempunyai teman laki-laki yang bernama Ferdin. Mereka sudah berteman dekat sejak SMP.
Suatu waktu Amel
melihat Nadia dan Ferdin bercanda
bersama dan mereka terlihat akrab seperti orang pacaran. Amel pun cemburu
melihatnya. Tetapi, Amel masih menyembunyikan kecemburuan itu di depan Nadia.
Namun lama-lama rasa cemburu yang terpendam Amel ingin di keluarkan. Akhirnya dia memutuskan untuk bercerita kepada Nadia tentang perasaannya ke Ferdin.
"Nadia, aku mau
ngomong sesuatu, nih. Tapi awas, jangan ngomong ke siapa-siapa, ya!" kata
Amel sambil menaruh telunjuk di tengah bibirnya.
"Kamu mau ngomong
apa, Mel?" tanya Nadia.
"Jujur, aku suka
dengan Ferdin sejak lama. Aku cemburu
saat kamu dekat sama Ferdin," ungkap Amel dengan sedikit rasa malu.
"Kamu suka sama
Ferdin? Serius, Mel?" tanya nadia penuh penasaran.
"Ya, tapi kamu
jangan bilang ke Ferdin, ya!" harapnya.
"Ya, maaf
sebelumnya kalau aku udah bikin kamu cemburu," aku Nadia.
"Oke, terima
kasih, ya," kata Amel.
****************
Esok harinya mereka
sedang di pantai Slopeng menikmati angin sore. Sore itu sangat cerah. Amel
menulis sesuatu di pasir menggunakan kayu. "Amel dan Nadia" itu yang amel tulis. Entah mengapa tiba-tiba
saja tangan Amel sepertinya ada yang menggerakkan hingga membuat tulisan itu.
Nadia hanya membaca sepintas, namun tidak terlalu menghiraukannya.
"Amel!!!"
Nadia berteriak saat Amel sedang bermain-main pasir di pantai itu. Dia kurang
menghiraukannya.
"Hey! Kenapa kau
menangis?” tanya Amel.
"Saldalku hanyut
ke tengah laut," kata Nadia.
“Aku takut dimarahi
ibu,” lanjutnya.
"Sebentar akan
kuambilkan," kata Amel sambil menarik celananya ke atas.
Dengan leging dan kaus
ia mengejar sandal Amel yang terseret arus pantai ke tengah. Padahal waktu itu
matahari sudah petang. Nadia terus menunggu dengan cemas. Tak lama kemudian
Amel berhasil mengambil sandal Nadia.
“Alhamdulillah.....,
terima kasih ya, Amel,” ucap Nadia.
Berhubung matahari
sudah hampir tenggelam, Amel mengajak Nadia untuk segera pulang dari pantai
tersebut. Tidak lama kemuadia terdengar suara azan dari beberapa musalla
terdekat. Mereka naik sepeda motor Vario hitam milik Amel, namun Nadia saat itu
yang menyetirnya. Dalam perjalanan mereka terlihat bercanda riang. Seperti
biasanya mereka memang sering tertawa terkekeh-kekeh kalau sudah bercerita
tentang kesenangannya.
Di luar dugaan dari
depan ada sebuah mobil pikap melaju kencang. Tiba-tiba mobil tersebut jalannya
oleng dan menabrak Amel dan Nadia. Amel terpelanting jauh dari motornya,
sedangkan Nadia jatuh tidak jauh dari sepeda motornya.
Untung saja sopir pikap iru bertanggung jawab
terhadap kejadian itu. Amel dan Nadia segera dinaikkan ke mobilnya dan
dilarikan ke rumah sakit. Sedangkan motornya dititipkan ke rumah terdekat
dengan kejadian itu.
Sampai di rumah sakit
kedua anak ini langsung ditangani oleh petugas dan segera dilakukan tindakan
medis. Nadia hanya luka memar di lutuh dan siku tangannya. Namun Amel terdapat
terluka beberapa bagian termasukm pada bagian kepalanya.
Setelah dilakukan
pemeriksaan, menurut penjelasan dokter pada Amel terjadi pendarahan di bagian
otaknya. Saat itu Amel juga sempat muntah beberapa kali.
Nadia dan Amel dirawat
dalam satu ruangan sambil menunggu orang tua Amel datang. Beberapa saat
kemudian orang tua Amel datang. Amel masih sempat bercerita kepada ibunya. Amel
sempat minta maaf kepada kedua orang tuanya karena dia pulang hingga waktu magrib.
Tak lama kemudian
Ferdin pun datang untuk menjenguk Amel dan Nadi. Ferdin mendengar berita
kecelakaan temannya melalui media sosial grup WhatsApp.
"Maaf, ya Amel aku baru tau tadi kalau
kamu masuk rumah sakit," ucap Ferdin.
"Iya gapapa kok lagian cuma luka dikit
aja," kata Amel.
"Emang kamu habis dari mana kok bisa
kecelakaan kayak gini?" tanya Ferdin.
"Iyaa, tadi aku sama Nadia habis dari
pantai, tiba-tiba mobil di depan aku remnya mungkin blong tiba-tiba oleng lalu
nabrak aku," jelas Amel.
Ferdi menjulurkan tangannya ke arah Nadia.
Nadia menyambutnya dan mencium tangan Ferdin, teman setianya itu. Terlihat
senyuman dari bibir mungil Nadia. Nadia melirik ke muka Amel, lalu minta tangan
Amel dan tangan Ferdin disatukan dan diciumnya.
“Maafkan aku, ya!
Terusin ya persahabatan kalian!” kata Nadia setengah serak hampir tidah
terdengar.
Amel dan Ferdin
memberikan isyarat dengan nanggukan. Amel kembali tersenyum. Tidak terasa air
mata Amel dan Ferdin menetes deras. Ada isak tangis yang hampir tak dapat dibendung
walaupun setengah ditahan.
"Semoga cepet
sembuh ya, Amel," kata Ferdin.
"Iyaa, makasih," ucap Amel.
"Amel
kamu cepet sembuh ya, biar kita bisa berangkat sekolah bareng lagi!" kata
Nadia memeluk Nadia seakan tak mau melepasnya.
"Iyaa makasih ya," jawab Amel.
Amel pun kembali mengambil tangan Nadia dan
Ferdin. Lalu Amel menggenggam tangan mereka berdua. Amel
menatap wajah kedua sahabatnya itu. Amel kembali tersenyum dari balik bibirnya.
Karena waktu sudah
malam, Amel dan Ferdin pamet pulang pada Nadia dan ibu Amel.
“Doain ya, Amel cepat
sembuh dan bisa bersekolah lagi,” kata Ibu Amel.
“Iya, Bu semoga tidak
terjadi apa-apa pada Amel,” kata Nadia dan Ferdin
“Pulang dulu, ya tetap semangat kamu!”
saran Nadia.
Nadia dan Ferdin pulang
meninggalkan ruangan tempat sahabatnya dirawat.
Dilihatnya wajah sahabatnya sebelum Nadia dan Ferdin meninggalkan
ruangan rumah sakit. Amel kembali tersenyum mengiringi kepulangan dua sahabat
setianya.
Malam yang pekat
disertai hujan gerimis menghiasi dinginnya malam. Sesampainya di rumah Nadia
langsung istirahat malam. Ibunya sempat menanyakan tentang keberadaan Nadia.
“Tapi kamu tidak
apa-apa, Nak?” tanya ibunya saat itu.
“Hanya luka sedikit,
Bu,” jawab Nadia.
“Bagaimana dengan
Amel?”
“Masih memerlukan
perawatan Bu,” jelas Amel.
“Ya, sudah cepat
tidur!” suruh ibunya.
****************
Malam itu Nadia sering
bangun. Dia kepikiran dengan keberadaan temannya, Amel. Dia merasa bersalah
karena dialah yang menyebabkan kecelakaan itu. Dia yang menyetir motornya.
Seandainya dia cekatan bisa menghindar dari mobil yang menabraknya, mungkin
nasib temannya tidak separah itu. Mungkin hanya terjatuh saja.
Menjelang waktu Shubuh
HP Nadia berdering mengagetkan Nadia yang sedang berusaha nyenyak tidur.
“Hallo, kenapa Ibu?”
tanya Nadia kaget karena yang menelepon adalah ibunya Amel.
“Amel meninggal, Nak,”
kata ibu Amel disertai tangisnya.
“Be ....betuul Ibu
......?” kata Nadia berkali-kali menanyakannya penasaran bahwa sahabatnya sudah
meninggal.
Ibu Amel tidak bisa
melanjutkan percakapannya dengan Nadia. Sontak Nadia menangis sejadi-jadinya.
Air matanya mengucur membasahi selimut tidurnya.
“Ya, Allah .....,
mengapa Engkau begitu cepat mencabut nyawa sahabatku? Berikan tempat terbaik di
sisi-Mu ya, Allah....!” mohon Nadia.
Nadia sempat teringat
apa yang dikatakan saat dia mau pulang dari rumah sakit. “Lanjutkan
persahabatan kalian.” Itulah kata-kata yang melekat dalam ingatan Nadia. Itulah
kata-kata terakhir yang terucap dari mulut sahabatnya.
Nadia hampir tak
percaya akan hal ini. Sahabatnya pergi karena dia. Dia menyesali perbuatannya.
Mengapa dia pulang dari pantai itu hingga menjelam waktu Magrib. Kini pantai
itu adalah saksi bisu akhir persahabatan mereka. "Semoga kau tenang
di sana, Amel," kata Nadia dalam
hatinya.
*** Selesai ***
Profil Penulis
Penulis cerpen ini bernama lengkap Alisa Jauhari. Teman-temannya sering memanggilnya Lisa. Dia terlahir di sebuah desa Tambaangung Timur, Ambunten. Tercatat di kependudukan tanggal lahirnya : Sumenep, 20 Juli 2008. Cewek yang saat ini siswa kelas IX di SMP Negeri 2 Ambunten ini memiliki hobi membaca dan menulis. Dia sangat suka membaca buku-buku cerita seperti cerpen, novel, dan cerita-cerita anak lainnya. | |
Sehari-harinya dia tekun belajar baik di sekolah maupun di rumahnya. Tidak heran karena dia mempunya cita-cita ingin menjadi seorang dokter. Dalam media sosial dia memiliki beberapa akun pribadi : WhatsApp 081934739219, Instagram : Alisa_gbkl04, dan alamat email Alisahindah@gmail.com. Pesan kepada teman-teman : Ayo belajar menulis mulai sekarang. Untuk meningkatkan kemampuan tentunya harus diiringi dengan kebiasaan membaca. Sebab dengan membaca kita akan memiliki kekayaan kosa kata yang mendukung, sehingga memudahkan kita dalam menuangkan kata-kata ke dalam tulisan. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar